REAKSI PERISIKLIK
REAKSI
PERISIKLIK
Reaksi perisiklik adalah reaksi poliena terkonjugasi
yang berlangsung dengan mekanisme serempak seperti reaksi SN2 yakni
ikatan ikatan lama terputus ketika ikatan baru terbentuk dan semuanya terjadi
dalam satu tahapan. Reaksi perisiklik dikarakteristikan oleh suatu keadaan
transisi siklik yang melibatkan ikatan ikatan pi.
Suatu poliena berkonjugasi mengandung 4n atau (4n + 2) elektron pi, dalam system berkonjugasi dengan n ialah
bilangan bulat. Sistem 4n yang paling sederhana di wakili oleh 1,3-butadiena,
dimana n=1. Setiap diena berkonjugasi mengandung orbital molekul pi yang mirip
dengan orbital molekul 1,3 butadiena, karena1,3-butadiena dapat digunakan
sebagai model bagi semua diena berkonjugasi.
Dalam keadaan dasar, keempat elektron pi
1,3-butadiena berada dalam dua orbital dengan energy terendah: p1
dan
p2.
Disini
p2
adalah
orbital molekul terhuni tertinggi (HOMO) dan p3*
adalah orbital molekul tak terhuni terendah (LUMO) . HOMO dan LUMO ini di rujuk
sebagai orbital garis-depan dan merupakan orbital yang di gunakan dalam metode
orbital garis-depan untuk menganalisis reaksi perisiklik.
Dalam reaksi perisiklik terdapat tiga macam reaksi,
yaitu:
1. Reaksi Sikloadisi
Dua molekul bergabung
membentuk sebuah cincin. Dalam reaksi ini dua ikatan pi diubah menjadi ikatan
sigma. Sikloadisi dibagi menjadi beberapa
tipe antara lain sikloadisi [2+2], [4+2], [4+4], [6+2], [6+2], [6+4], dan
lain-lain. Dua angka tersebut melambangkan jumlah electron pi yang terlibat
dalam suatu reaksi sikloadisi. Berikut ini contoh sederhana reaksi sikloadisi :
Pada sikloadisi [2+2] etilena yang
menghasilkan siklobutana. Etilen mempunyai dua orbital π : π1 dan π*2. Dalam keadaan dasar π1 merupakan
orbital bonding dan HOMO, sedangkan π*2 adalah orbital
antibonding dan LUMO.
Dalam suatu reaksi sikloadisi, HOMO
dari molekul pertama harus bertumpang tindih dengan LUMO dari molekul kedua
karena HOMO pada molekul pertama tidak bertumpang tindih dengan HOMO molekul
kedua karena orbital tersebut telah terisi. Bersamaan dengan menyatunya orbital
π orbital orbital ini juga mengalami hibridisasi menghasilkan ikatan ikatan
sigma sp3 baru.
Bila etilena dipanaskan electron π
nya tidak dipromosikan tetapi tetap dalam keadaan dasar π1. Jika
diperiksa fase fase HOMO keadaan dasar dari molekul etilena dan LUMO dari
molekul etilena lain dapat terlihat mengapa siklisasi tidak terjadi oleh
imbasan termal.
Agar terjadi ikatan fase fase
orbital yang bertumpang tindih haruslah sama. Hal ini tidak demikian dengan HOMO
dan LUMO keadaan dasar dari kedua molekul etilena atau system [2 + 2] apa saja.
Karena
fase-fase orbital tidak tepat untuk berikatan, maka sikloadisi [2+2] yang
terimbas-termal dikatakan reaksi
terlarang-semistri ( symmetry-forbidden reaction ). Suatu reaksi
terlarang-simetri dapat terjadi pada beberapa keadaan, tetapi energi
pengaktivannya begitu tinggi, mungkin sangat jauh lebih tinggi dari
reaksi-reaksi lain seperti reaksi-reaksi radikal bebas, sehingga reaksi radikal
bebas ini lebih dulu terjadi.
Bila etilena
disinari dengan cahaya ultraviolet maka orbital pi akan terbentuk dari orbital
π1 ke π2* dalam bebepa tetapi tidak semua dari
molekul. Jika diamati homo suatu molekul tereksitasi (π2*)
dan lumo. Suatu molekul berkeadaan dasar (π2*) akan tampak
bahwa fase fase telah sesuai untuk berikatan.
Reaksi semacam ini mempunyai energi pengativan yang relatif rendah, dan
disebut terizinkan-simetri (symmetry-allowed).
Meskipun sikloetilena berlangsung
dengan rendemen rendah, sikloadisi [2+2]
yang terimbas cahaya mempunyai terapan sintetik. Agaknya penggunaan paling
meluas dari tipe reaksi ini adalah siklisasi intramolekul yang dapat
menghasilkan struktur “sangkar” yang tak lazim
Sikloadisi [4+2]
Reaksi Diels-Alder merupakan sikloadisi [4+2]. Reaksi
Diels-Alder memerlukan panas dan bukan cahaya ultraviolet. Reaksi Diels Alder merupakan reaksi sikloadisi yang
bergantung pada suhu dan mekanismenya melibatkan tumpang tindih antara orbital
sigma dan orbital pi. Sikloadisi 1,3-butadiena (diena-nya) dan
etilena (dienofil-nya) dimana orbital garis depan dapat diekspolasikan ke
sikloadisi [4+2] lainya. Dalam reaksi reaksi terimbas-termal dapat dibayangkan
bahwa electron pi mengalir dari HOMO (p2)
dari diena ke LUMO (p2*)
dari dienofil. Berikut reaksi terimbas-termal yang bersifat terizinkan-simetri.
Bila Suatu diena
tereksitasi oleh cahaya, HOMO-nya akan menjadi orbital p3*
dan
orbital molekul ini tidak dapat bertumpang-tindih dengan LUMO dan dienofil.
Karena ini sikloadisi [4+2] terimbas-cahaya bersifat terlarang –simetri.
Dalam reaksi Diels – Alder, diena adalah gugus yang kaya elektron, sedang
dienofil (diene – lover) adalah gugus
yang miskin elektron. Reaksi Diels Alder hanya dapat berlangsung jika diena
terkonjugasi tersebut berada dalam bentuk konformasi s-cis. Reaksi ini
melibatkan pemutusan satu ikatan π dari diena dan juga satu ikatan ikatan π
dienofil. Selain itu, reaksi ini juga melibatkan pembentukan cincin (siklisasi)
antara diena dan dienofil, sehingga menghasilkan senyawa siklik.
Jika diena terkonjugasi tersebut berada
dalam bentuk konformasi s-trans, maka reaksi masih dapat berlangsung
dengan bantuan pemanasan. Ikatan tunggal C-C pada diena s-trans dapat
mengalami rotasi dengan bantuan pemanasan, sehingga bentuk konformasi s-trans
dapat berubah menjadi s-cis, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar
berikut.
Tidak semua diena terkonjugasi dengan
konformasi s-trans dapat berubah menjadi s-cis. Pada
sikloalkadiena s-trans dengan salah satu ikatan π berada pada
suatu cincin, sedangkan satu ikatan π yang lain berada di luar cincin, rotasi
ikatan tidak dapat terjadi, sehinga reaksi Diels Alder tidak dapat berlangsung
meskipun sudah dibantu dengan pemanasan. Contoh s-trans alkadiena yang tidak
dapat mengalami perubahan konformasi dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Mekanisme reaksi Diels Alder
dipengaruhi oleh kehadiran gugus pendorong elektron pada diena dan gugus
penarik elektron pada dienofil, sebagaimana dijelaskan melalui gambar berikut.
Reaksi Diels – Alder akan terjadi lebih cepat jika dienofil mempunyai gugus
substituen penarik elektron, karena substituen penarik elektron ini menyebabkan
ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif.
Berikut adalah gambar potensial elektrostatik yang menunjukkan C ikatan rangkap
berkurang kenegatifannya akibat substituen penarik elektron.
Sikloalkadiena dengan konformasi s-cis
dapat bereaksi dengan dienofil menghasilkan senyawa-senyawa bisiklik dengan
konfigurasi Endo, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Pada reaksi antara dienofil benzoquinon
dengan 2 eqivalen diena, diena tersebut dapat bereaksi dua kali, sebagaimana
dijelaskan melalui Gambar berikut.
Jika diena dalam konformasi cis-nya, kita dapat klasifikasikan kelompok-kelompok tersebut
sebagai kelompok dalam (inner) atau
kelompok luar (outer). Kelompok inner pada diena berbentuk perahu berada
pada posisi tegak.
Produk “endo” pada reaksi Diels-Alder, subtituen
yang berasal dari dienofil berada pada posisi yang dekat dengan ikatan rangkap
diena, sedangkan pada pada produk “exo”,
subtituen yang berasal dari dienofil berada pada posisi yang jauh dengan
ikatan rangkap diena.
2. Reaksi elektrosiklik
Reaksi elektrosiklik adalah
antar-ubahan (interconversion) serempak dari suatu poliena berkonjugasi dan
suatu sikloalkena. Reaksi kebalikannya, yaitu reaksi pembukaan cincin, berlangsung dengan
mekanisme yang sama, tetapi dengan arah berlawanan.
Reaksi elektrsiklik merupakan reaksi terimbas-termal atau
fotokimia:
Reaksi
elektrofiliknya dapat dilihat pada reaksi di bawah. 2,4,6-oktatriena dapat
mengalami reaksi elektrosiklik melalui dua mekanisme. (2E, 4Z, 6E)-oktatriena
dapat bereaksi menjadi cis 5,6-dimethyl-1,3-cyclohexadiena dengan
gerakan disrotasi. Sementara itu (2E, 4Z, 6Z)-oktatriena dapat bereaksi
menjadi cis 5,6-dimetil-1,3-sikloheksadiena dengan gerakan konrotasi.Sebaliknya
(2E, 4Z, 6E)-oktatriena dapat bereaksi menjadi trans 5,6-dimethyl-1,3-cyclohexadiena
dengan gerakan konrotasi dan (2E, 4Z, 6Z)-oktatriena dapat bereaksi
menjadi trans 5,6-dimetil-1,3-sikloheksadiena dengan gerakan disrotasi
Siklisasi Sistem 4n
Suatu poliena berkonjugasi
menghasillkan suatu sikloalkana dengan tumpang tindih ujung ujung dari orbital
p-nya dan rehibridisasi secara serempak atom-atom karbon yang terlibat dalam pembentukan
ikatan, seperti 1,3-butadiena yang mempunyai 4n electron-pi.
Kedua cuping (lobe) dari masing-masing
dari orbital p yang akan membentuk ikatan sigma baru dalam siklisasi ini
dapat bersifat sefase atau berlawanan fase satu terhadap yang lain:
Untuk membentuk suatu ikatan sigma, ikatan C-C harus
berotasi sedemikian rupa sehingga orbital orbital p dapat bertumpang tindih
ujung ke ujung. Untuk menghasilkan hal tersebut maka ikatan ikatan pi harus
putus. Energi untuk pemutusan ikatan pi dan rotasi ikatan
disediakan oleh panas dari luar atau cahaya ultraviolet. Suatu ikatatn sigma, sepasang
cuping yang bertumpang tindih harus sefase setelah rotasi.
Terdapat dua cara yang berlainan agar
ikatan-ikatan sigma C-C berotasi untuk mendapatkan posisi yang tepat untuk
menumpang tindihkan orbital p :
1.
Kedua ikatan sigma C-C dapat berotasi
dalam arah yang sama (keduanya searah jarum jam atau keduanya berlawanan arah
dengan jarum jam). Tipe rotasi ini disebut sebagai gerakaan konrotasi
(conrotatory motion).
2.
Kedua ikatan sigma C-C dapat berotasi
dengan arah yang berlainan, satu searah dan yang lain berlawanan dengan jarum
jam. Tipe rotasi ini disebut gerakan disrotasi (disrotatori mation).
Bila 1,3-butadiena dipanaskan, rekasi
terjadi sejak keadaan dasar. Elektron-elektron yang akan digunakan untuk
membentuk ikatan sigma berada dalam homo (π2). Agar terbentuk ikatan
sigma baru rotasi harus berupa konrotasi.
Dalam siklisasi terimbas-cahaya,
fase-fase orbital p dari homo (π3*) adalah
kebalikan dari fase-fase dalam siklisasi termal oleh karena itu rotasi
terizinkan-simetri berupa disrotasi dan bukan konrotasi.
Stereokimia
dari suatu elektrosiklisasi 4n
[2E,4Z]-heksadien merupakan
cis-dimetilsiklobutena dihasilkan oleh siklisasi termal dari isomer trans oleh
fotosiklisasi.
Dalam gerakan
disrotasi, satu gugus metil berotasi keatas dan yang lain kebawah. Hasilnya
adalah bahwa kedua gugus metil dalam produk adalah trans.
3. Penataan ulang sigma-tropik
Penataan ulang antar molekul secara bersamaan pada
suatu atom atau gugus asam bergeser dari posisi satu ke posisi lain kalor.
Dari pemaparan
diatas timbul permasalahan sebagai berikut:
- Reaksi perisiklik jenis sikloadisi pada sikloadisi [4+2] pencampuran reaksinnya menggunakan pemanasan sedangkan [2+2] tidak bisa menggunakan pemanasan. Mengapa demikian?
- Mengapa Reaksi Diels – Alder akan terjadi lebih cepat jika dienofil mempunyai gugus substituen penarik elektron?
- Mengapa reaksi Diels-Alder terjadi dengan diena berada pada konformasi cis atau endo?
Referensi
Fessenden dan Fessenden. 1985. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Hallo uma, kali ini saya akan mencoba menjawab dari setiap permasalahan yang ada
BalasHapus1. Karena pada reaksi [2+2] mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gelombang sesuai. Bisa di jelaskan dengan teori orbital garis depan dengan mengandaikan bahwa electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO molekul lain.
2. Karena substituen penarik elektron ini menyebabkan ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif.
3. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
1. Karena pada reaksi [2+2] mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gelombang sesuai. Bisa di jelaskan dengan teori orbital garis depan dengan mengandaikan bahwa electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO molekul lain.
BalasHapus2. Karena substituen penarik elektron ini menyebabkan ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif.
3. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
Saya akan mecoba menjawab pertanyaan nomor 3, Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
BalasHapus1. Karena pada reaksi [2+2] mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gelombang sesuai. Bisa di jelaskan dengan teori orbital garis depan dengan mengandaikan bahwa electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO molekul lain.
BalasHapus2. Karena substituen penarik elektron ini menyebabkan ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif.
3. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
Hello umaa
BalasHapus3. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
Hallo uma, kali ini saya akan mencoba menjawab dari setiap permasalahan yang ada
BalasHapus1. Karena pada reaksi [2+2] mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gelombang sesuai. Bisa di jelaskan dengan teori orbital garis depan dengan mengandaikan bahwa electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO molekul lain.
Halooo umaa
BalasHapusMau jawab 1. Karena pada reaksi [2+2] mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gelombang sesuai. Bisa di jelaskan dengan teori orbital garis depan dengan mengandaikan bahwa electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO molekul lain.
Mau jawab 1. Karena pada reaksi [2+2] mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gelombang sesuai. Bisa di jelaskan dengan teori orbital garis depan dengan mengandaikan bahwa electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO molekul
BalasHapusmenurut saya pada no.2. Karena substituen penarik elektron ini menyebabkan ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif.
BalasHapusTerimakasih paparannya umayyy,
BalasHapusSaya akan menjawab soal nomor 3. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
1. Karena pada reaksi [2+2] mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gelombang sesuai. Bisa di jelaskan dengan teori orbital garis depan dengan mengandaikan bahwa electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO molekul lain.
BalasHapus2. Karena substituen penarik elektron ini menyebabkan ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif.
1. Karena pada reaksi [2+2] mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gelombang sesuai. Bisa di jelaskan dengan teori orbital garis depan dengan mengandaikan bahwa electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO molekul lain.
BalasHapus2. Karena substituen penarik elektron ini menyebabkan ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif.
3. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
3. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
BalasHapus1. Karena pada reaksi [2+2] mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gelombang sesuai. Bisa di jelaskan dengan teori orbital garis depan dengan mengandaikan bahwa electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO molekul lain.
BalasHapus2. Karena substituen penarik elektron ini menyebabkan ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif.
3. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
Terimakasih uma
BalasHapus3. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus1. Karena pada reaksi [2+2] mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gelombang sesuai. Bisa di jelaskan dengan teori orbital garis depan dengan mengandaikan bahwa electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO molekul lain.
BalasHapus2. Karena substituen penarik elektron ini menyebabkan ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif.
3. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
3. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans
BalasHapusTerimakasih uma
BalasHapus2. Karena substituen penarik elektron ini menyebabkan ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif.
1. Karena pada reaksi [2+2] mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gelombang sesuai. Bisa di jelaskan dengan teori orbital garis depan dengan mengandaikan bahwa electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO molekul lain.
BalasHapus2. Karena substituen penarik elektron ini menyebabkan ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif.
3. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
Holla uma, clau bantu jawab no 1: Karena pada reaksi [2+2] mudah terjadi dengan adanya cahaya dengan panjang gelombang sesuai. Bisa di jelaskan dengan teori orbital garis depan dengan mengandaikan bahwa electron mengalir dari HOMO satu molekul ke LUMO molekul lain.
BalasHapusMenurut saya untuk no 3 itu dapat terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
BalasHapusSaya akan mecoba menjawab pertanyaan nomor 3, Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
BalasHapusSaya akan mecoba menjawab pertanyaan nomor 3, Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
BalasHapusSaya akan mecoba menjawab pertanyaan nomor 3, Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.
BalasHapusHalo uma, menurut saya jawaban no 2. Karena substituen penarik elektron ini menyebabkan ikatan rangkap dua atau tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif.
BalasHapusterimakasih materinya
BalasHapus3. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk trans.