REAKSI SUBTITUSI SENYAWA ORGANIK
REAKSI SUBTITUSI SENYAWA ORGANIK
Reaksi substitusi
adalah reaksi di mana suatu atom atau gugus yang berasal dari pereaksi
menggantikan sebuah atom atau gugus dari molekul yang bereaksi. Reaksi
substitusi umumnya terjadi pada senyawa jenuh (tunggal) tanpa terjadi perubahan
ikatan karakteristik (tetap jenuh). Subtitusi dapat terjadi pada karbon jenuh
maupun tidak jenuh.
R–X + R’–Y --> R–Y + R’–X
Atom karbon ujung suatu alkil halida
mempunyai muatan positif parsial. Karbon ini bisa mudah diserang oleh anion dan
spesi lain yang mempunyai sepasang elektron menyendiri dalam kulit luarnya.
Dihasilkan reaksi subtitusi ion atau gugus disubstitusikan untuk (menggantikan)
atom, atau gugus lain.
Contoh reaksi substitusi:
v Reaksi
pembentukan haloalkana: reaksi alkana dengan halogen
R—H + X2 --> R—X + H—X
Contoh:
CH3—H + Cl2 --> CH3— Cl + HCl
v Reaksi
substitusi atom H pada alkohol dengan logam reaktif (Na, K)
Atom H pada gugus —OH dapat
disubstitusi oleh logam reaktif seperti Na dan K
R—OH + Na --> R—ONa + H2
Contoh:
2C2H5—OH + 2 Na --> 2C2H5—ONa + H2
v Reaksi
alkoksi alkana (eter) dengan PCl5 menghasilkan haloalkana
R—O—R’ + PCl5 --> R—Cl + R’—Cl + POCl3
Contoh:
CH3—O—CH3 +
PCl5-->CH3Cl + CH3Cl +POCl3
v Reaksi
esterifikasi: reaksi pembentukan ester dari alkohol dan asam karboksilat
R—OH + R’—COOH --> R’—COOR + H—OH
Contoh
CH3—OH + CH3—COOH --> CH3—COOCH3 +
H2O
Reaksi
substitusi dalam kimia organik dikelompokkan sebagai elektrofilik atau nukleofilik bergantung pada reagen yang digunakan, apakah suatu zat
antara yang reaktif terlibat dalam reaksi tersebut adalah suatu karbokation, suatu karbanion atau suatu radikal bebas atau apakah substratnya merupakan suatu alifatik atau aromatik. Contohnya senyawa alkana merupakan
senyawa nonpolar sehingga cenderung bereaksi melalui radikal bebas (mekanisme).
Senyawa yang kaya elektron nukleofil akan mudah di serang oleh reagen yang miskin electron
(elektrofil). Sebaliknya senyawa yang kekurangan elektron akan mudah diserang
oleh reagen nukleofilik (kaya elektron) atau mencari muatan positif.
1. Reaksi Subtitusi Elektrofilik
Subtitusi elektrofilik terjadi ketika
reagen yang berperan adalah suatu elektrofil. Elektrofil adalah molekul yang
dapat menerima pasangan elektron. Pusat reaktif pada substrat kaya elektron,
reaksi akan berlangsung melalui dua cara yaitu yaitu subtitusi pada senyawa
alifatik jenuh dan subtitusi pada ikatan tak jenuh atau pada atom karbon aromatik.
Reaksi subtitusi elektrofilik (SE) dapat terjadi secara unimolekuler
(SE1) atau bimolekuler (SE2).
Mekanisme
Reaksi SE1: Mekanisme ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap ionisasi yang berlangsung
lambat dan merupakan penentu laju reaksi dan tahap penggabungan karbanion
dengan elektrofil yang berlangsung cepat.
Contohnya reaksi brominasi pada atom
karbon yang mengikat gugus penarik elektron yang dikatalis oleh basa.
Tahap 1.
Tahap 2.
Mekanisme
Reaksi SE2 : mekanisme ini pada senyawa alifatik terjadi
pemutusan ikatan antara gugus pergi dengan substrat dan pembentukan ikatan baru
antar elektrofil dengan substrat berlangsung dalam waktu bersamaan. Laju reaksi dipengaruhi oleh
konsentrasi elektrofil dan substrat.
Hasil reaksi SE1 merupakan
campuran rasemat. Reaksi SE1 akan berkurang reaktifitasnya jika di
dalamnya ada gugus yang merupakan donor elektron dan akan menjadi naik
reaktifitasnya jika ada gugus penarik
elektron. Naiknya polaritas pelarut menyebabkan reaksi SE1
berlangsung cepat, sedangkan perubahan pelarut tidak banyak mempengaruhi
kecepatan pada reaksi SE2
a. Reaksi Subtitusi Elektrofilik Pada
Senyawa Aromatik
Benzena memiliki rumus molekul C6H6,
dari rumus molekul tersebut benzena termasuk golongan senyawa hidrokarbon tidak
jenuh. Namun ternyata benzena mempunyai sifat kimia yang berbeda dengan senyawa
hidrokarbon tidak jenuh. Beberapa perbedaan sifat benzena dengan senyawa
hidrokarbon tidak jenuh adalah diantaranya bahwa benzena tidak mengalami reaksi
adisi melainkan mengalami reaksi substitusi. Pada umumnya reaksi yang terjadi
terhadap molekul benzena adalah reaksi substitusi elektrofilik, hal ini
disebabkan karena benzena merupakan molekul yang kaya electron.
Ada 4 macam reaksi substitusi elektrofilik
terhadap senyawa aromatik yaitu:
|
Dalam contoh
berikut struktur resonansi elektron pada cincin benzena diserang oleh suatu
elektrofil E+. Ikatan resonansi rusak dan suatu struktur karbokation
beresonansi terbentuk. Akhirnya suatu proton terlepas dan suatu senyawa
aromatik baru terbentuk.
Reaksi elektrofilik pada senyawa tak jenuh
lainnya selain arena secara umum mengarah pada adisi elektrofilik dari pada
substitusi.
b. Reaksi Subtitusi Elektrofilik Pada
Senyawa Tak Jenuh
Jika senyawa karbonil seperti CH3—CHO,CH3—CO,
dan lainya direaksikan dengan halogen dalam susasana basa (alkali) akan
membentuk haloform (CHX3). Reaksi ini berlaku untuk semuasenyawa
yang mengandung gugus asetil yang berikatan dengan atom karbon atau atom
hydrogen atau senyawa yang di oksidasi menghasilkan turunan gugus asetil
seperti etil alkohol, isopropyl alkohol,
asam asetat dan lainya.
Klorinasi
aseton menjadi trikloroaseton
CH3—CO—CH3
+ 3Cl2 --> CCl3—CO—CH3 + 3HCl
Mekanisme
Reaksinya
Atom hydrogen pada posisi a dari gugus keto bersifat sedikit asam.
Dengan adanya basa, atom hydrogen ini menjadi lebih reaktif sehingga dengan
mudah dapat diganti dengan klor.
Atom hidrogen yang terikat pada atom
karbon yang telah memiliki atom klor akan menjadi lebih reaktif. Ini disebabkan
oleh efek –I dari klor, segera akan menghasilkan triklorometil karbonil.
Menurut Ingold dan Robinson, suatu gugus atau atom yang mempunyai afinitas
electron lebih besar dari atom hydrogen dikatakan mempunyai efek –I, sebaliknya
adalah efek +I. apabila efek induksi berhubungan dengan ikatan rangkap
terkonjugasi atau pasangan electron p,
maka dinamakan efek mesomeri. Contohnya
efek –M pada senyawa hidrokarbon
terkonjugasi
2. Reaksi Subtitusi Nukleofilik
Pada reaksi substitusi nukleofilik
atom/ gugus yang diganti mempunyai elektronegativitas lebih besar dari atom C,
dan atom/gugus pengganti adalah suatu nukleofil, baik nukleofil netral atau
nukleofil yang bermuatan negatif. suatu nukleofil secara selektif berikatan dengan atom
menyerang muatan positif atau parsial positif pada suatu atom atau kelompok
atom. Saat hal tersebut terjadi, nukleofil akan menggantikan nukleofil yang
lebih lemah yang kemudian akan menjadi gugus pergi; sisa atom yang bermuatan positif atau
parsial positif menjadi suatu elektrofil.
Reaksi
Substitusi nukleofilik dinyatakan dengan SN. subtitusi tersebut
dapat dihasilkan dari mekanisme berbeda yang dikelompokkan sebagai: substitusi
nukleofilik unimolekuler (SN1) dan substitusi nukleofilik
bimolekuler (SN2).
Reaksi SN
Kecepatan
reaksi SN1 tidak bergantung pada reagen, namun sangat bergantung
pada substratnya. SN1 bertahap sedangkan SN2 serentak
Reaksi SN1
Reaksi SN2
Dalam reaksi SN1,
yang mengandung semua factor yang menstabilkan ion karbonium, reaksi menjadi
lebih cepat. Pada umumnya energi yang dipakai untuk mengionisasi sebagian
diberikan oleh pelarut. Beberapa contoh reaksi subtitusi nukleofilik adalah
alkil halida, alil halida, reaksi pemutusan eter dengan HI, dan alkilasi dengan
alkil halida (sintesis Williamson).
Reaktifitas terhadap rekasi subtitusi
nukleofilik sangan di pengaruhi oleh substrat, nukleofil, pelarut, dan suhu.
SN1 : alkil halide tersier > sekunder
> primer
SN2
: alkil halide primer > sekunder
> tersier
Mekanisme SN1 memiliki dua tahapan reaksi. Pada tahap
pertama, gugus pergi terlepas, membentuk suatu karbokation
C+. Dalam tahapan kedua, reagen nukleofilik menempel pada
karbokation dan membentuk suatu ikatan kovalen sigma. Jika substrat memiliki
karbon kiral,
mekanisme ini dapat menghasilkan baik berupa inversi stereokimia
atau retensi konfigurasi. Biasanya keduanya dihasilkan tanpa arahan. Produk
utamanya adalah rasemat. Sebagai contoh
mekanisme reaksi ini adalah pada reaksi tert-butil bromida dengan air
Hidrolisis t-butil bromida
Mekanisme SN2 hanya memiliki satu tahapan reaksi. Penyerangan
reagen dan pelepasan gugus pergi terjadi secara bersamaan. Mekanisme ini selalu
menghasilkan inversi konfigurasi. Jika substrat yang merupakan target
penyerangan nukleofil bersifat kiral, reaksi akan mengarah pada inversi stereokimia
yang disebut sebagai inversi Walden. Sebagai
contoh mekanisme reaksi ini adalah pada reaksi kloroetana dengan ion bromida
Hidrolisis alkil halide primer dan sekunder
Ion hidroksida menyerang dari arah belakang
sehingga produknya merupakan inverse.
Penyerangan pada SN2
dapat terjadi jika rute sisi belakang penyerangan tidak terdapat halangan
sterik oleh substituen atau substrat. Karenanya, mekanisme ini
biasanya terjadi pada suatu pusat karbon primer yang tak terhalang. Jika
terdapat halangan sterik pada substrat dekat gugus pergi, seperti pada pusat
karbon tersier, substitusi yang terjadi lebih disukai mengikuti mekanisme SN1
dibandingkan SN2,
Jika substrat
adalah suatu senyawa aromatik jenis reaksi yang terjadi adalah substitusi nukleofilik aromatik.
Turunan asam karboksilat bereaksi dengan nukleofil
dalam substitusi nukleofilik asil. Jenis reaksi
tersebut dapat berguna dalam preparasi senyawa.
Substitusi nukleofilik aromatik pada piridina
|
Substitusi nukleofilik asil
|
Dari pemaparan di atas maka timbul
permasalahan sebagai berikut:
1 1. Bagaimana
perbedaan laju reaksi dan produk yang dihasilkan antara mekanisme subtitusi
elektrofilik SE1 dan SE2?
2. Apa
yang menyebabkan ada reaksi yang tidak bisa melalui mekanisme SN1
namun dapat melalui mekanisme SN2?
3 3. Mengapa
dalam reaksi subtitusi mekanisme SN1 berlangsung dalam dua tahap,
tetapi hanya substrat yang digunakan untuk penentuan laju reaksinya?
Referensi
Hart, H. 2004. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Siswoyo, R. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Oke untuk jawaban nomor 2 Karena SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier dengan bereaksi terhadap nukleofil kuat (CN) / basa lewis sedangkan SN2 terjadi pada alkil halida primer dan sekunder yang bereaksi terhadap nukleofil lemah (H2O) / basa lewis. Selain itu juga di pengaruhi oleh rintangan sterik.
BalasHapusMenurut saya untuk permasalahan tersebut yaitu
BalasHapus1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula.
Menurut saya untuk permasalahan tersebut yaitu
BalasHapus1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula.
Menurut saya:
BalasHapus1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula.
Terima kasih. Jawaban nomor 1, Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula.
BalasHapusMenurut saya untuk permasalahan tersebut yaitu
BalasHapus1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula.
Menurut saya:
BalasHapus1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula.
Menurut saya:
BalasHapus1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula
Makasih umaaa
BalasHapusMenurut saya 1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula.
Menurut saya:
BalasHapus1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula
Menurut saya untuk permasalahan tersebut yaitu
BalasHapus1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula.
Oke untuk jawaban nomor 2 Karena SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier dengan bereaksi terhadap nukleofil kuat (CN) / basa lewis sedangkan SN2 terjadi pada alkil halida primer dan sekunder yang bereaksi terhadap nukleofil lemah (H2O) / basa lewis. Selain itu juga di pengaruhi oleh rintangan sterik.
BalasHapusTerimakasih atas pemaparannya
BalasHapusMenurut saya untuk permasalahan tersebut yaitu
3. Dalam reaksi mekanisme SN1 berlangsung dalam dua tahap, dimana tahap pertama pembentukan karbokation dan tahap yang kedua yaitu penggabungan karbokation dengan nukleofil. Namun dalam penentuan laju reaksi pembentukan karbokation ini sangat lambat karena terjadi transisi atau keadaan tidak stabil dan membutuhkan energy yang sangat tinggi., sehingga untuk mempercepat reaksinya di perlukan stuktur tersier dari alkil halidanya. Sehingga pada penentuan lajunya yang terlibat hanya substrat (alkil halida) karena berperan dalam pembentukan suatu karbokation.
3. Dalam reaksi mekanisme SN1 berlangsung dalam dua tahap, dimana tahap pertama pembentukan karbokation dan tahap yang kedua yaitu penggabungan karbokation dengan nukleofil. Namun dalam penentuan laju reaksi pembentukan karbokation ini sangat lambat karena terjadi transisi atau keadaan tidak stabil dan membutuhkan energy yang sangat tinggi., sehingga untuk mempercepat reaksinya di perlukan stuktur tersier dari alkil halidanya. Sehingga pada penentuan lajunya yang terlibat hanya substrat (alkil halida) karena berperan dalam pembentukan suatu karbokation.
BalasHapus3. Dalam reaksi mekanisme SN1 berlangsung dalam dua tahap, dimana tahap pertama pembentukan karbokation dan tahap yang kedua yaitu penggabungan karbokation dengan nukleofil. Namun dalam penentuan laju reaksi pembentukan karbokation ini sangat lambat karena terjadi transisi atau keadaan tidak stabil dan membutuhkan energy yang sangat tinggi., sehingga untuk mempercepat reaksinya di perlukan stuktur tersier dari alkil halidanya. Sehingga pada penentuan lajunya yang terlibat hanya substrat (alkil halida) karena berperan dalam pembentukan suatu karbokation.
BalasHapusTerimakasih uma, jawaban soal 3 yaitu dalam reaksi mekanisme SN1 berlangsung dalam dua tahap, dimana tahap pertama pembentukan karbokation dan tahap yang kedua yaitu penggabungan karbokation dengan nukleofil. Namun dalam penentuan laju reaksi pembentukan karbokation ini sangat lambat karena terjadi transisi atau keadaan tidak stabil dan membutuhkan energy yang sangat tinggi., sehingga untuk mempercepat reaksinya di perlukan stuktur tersier dari alkil halidanya. Sehingga pada penentuan lajunya yang terlibat hanya substrat (alkil halida) karena berperan dalam pembentukan suatu karbokation.
BalasHapusMakasih ma,menurut saya jawaban no. 3. Dalam reaksi mekanisme SN1 berlangsung dalam dua tahap, dimana tahap pertama pembentukan karbokation dan tahap yang kedua yaitu penggabungan karbokation dengan nukleofil. Namun dalam penentuan laju reaksi pembentukan karbokation ini sangat lambat karena terjadi transisi atau keadaan tidak stabil dan membutuhkan energy yang sangat tinggi., sehingga untuk mempercepat reaksinya di perlukan stuktur tersier dari alkil halidanya. Sehingga pada penentuan lajunya yang terlibat hanya substrat (alkil halida) karena berperan dalam pembentukan suatu karbokation.
BalasHapusMenurut saya:
BalasHapus1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula.
2. Karena SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier dengan bereaksi terhadap nukleofil kuat (CN) / basa lewis sedangkan SN2 terjadi pada alkil halida primer dan sekunder yang bereaksi terhadap nukleofil lemah (H2O) / basa lewis. Selain itu juga di pengaruhi oleh rintangan sterik.
BalasHapus2. Karena SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier dengan bereaksi terhadap nukleofil kuat (CN) / basa lewis sedangkan SN2 terjadi pada alkil halida primer dan sekunder yang bereaksi terhadap nukleofil lemah (H2O) / basa lewis. Selain itu juga di pengaruhi oleh rintangan sterik.
BalasHapusHolla uma
BalasHapusMenurut saya untuk permasalahan tersebut yaitu
3. Karena mekanisme SN1 tahap pertama pembentukan karbokation dan tahap yang kedua yaitu penggabungan karbokation dengan nukleofil.
Halo uma, Oke untuk jawaban nomor 2: Karena SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier dengan bereaksi terhadap nukleofil kuat (CN) / basa lewis sedangkan SN2 terjadi pada alkil halida primer dan sekunder yang bereaksi terhadap nukleofil lemah (H2O) / basa lewis. Selain itu juga di pengaruhi oleh rintangan sterik.
BalasHapusterimakasih materinya
BalasHapusuntuk jawaban nomor 2: Karena SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier dengan bereaksi terhadap nukleofil kuat (CN) / basa lewis sedangkan SN2 terjadi pada alkil halida primer dan sekunder yang bereaksi terhadap nukleofil lemah (H2O) / basa lewis. Selain itu juga di pengaruhi oleh rintangan sterik.
Menurut saya untuk permasalahan tersebut yaitu
BalasHapus1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula.
Menurut saya untuk permasalahan tersebut yaitu
BalasHapus1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula.
Menurut saya untuk permasalahan tersebut yaitu
BalasHapus1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula.
2. Karena SN1 hanya terjadi pada alkil halida tersier dengan bereaksi terhadap nukleofil kuat (CN) / basa lewis sedangkan SN2 terjadi pada alkil halida primer dan sekunder yang bereaksi terhadap nukleofil lemah (H2O) / basa lewis. Selain itu juga di pengaruhi oleh rintangan sterik.
3. Dalam reaksi mekanisme SN1 berlangsung dalam dua tahap, dimana tahap pertama pembentukan karbokation dan tahap yang kedua yaitu penggabungan karbokation dengan nukleofil. Namun dalam penentuan laju reaksi pembentukan karbokation ini sangat lambat karena terjadi transisi atau keadaan tidak stabil dan membutuhkan energy yang sangat tinggi., sehingga untuk mempercepat reaksinya di perlukan stuktur tersier dari alkil halidanya. Sehingga pada penentuan lajunya yang terlibat hanya substrat (alkil halida) karena berperan dalam pembentukan suatu karbokation.
Menurut saya:
BalasHapus1. Laju reaksi yang mengikuti mekanisme SE1 tidak dipengaruhi oleh konsentrasi elektrofil karena tahap laju penentu laju reaksi adalah tahap ionisasi (pembentukan karbanion) dan jumlah pelarut sedangkan mekanisme SE2 reaksinya di pengaruhi oleh konsentrasi elektrofil dan substrat serta jumlah pelarut tidak mempengaruhi kecepatan reaksi . Dan produk yang dihasilkan keduanya yaitu mempertahankan konfigurasi semula.